top of page
  • Writer's picturePPI TIU

Social Comparison

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda beda. Lantas, mengapa kita masih sering membandingkan diri kita dengan orang lain? Artikel kali ini akan membahas mengenai social comparison mulai dari macamnya hingga pencegahannya.

 

Berapa banyak pembaca di sini yang masih sering membandingkan dirinya dengan sesamanya yang lain? Jika kalian termasuk salah satunya, artikel ini ditujukan untuk kalian! Berikut ini adalah pembahasan mengenai social comparison yang pastinya penting untuk kita ketahui dan evaluasi diri kita apabila kita masih sering melakukan hal ini yang ternyata lebih banyak berakibat buruk daripada baiknya:


Apa itu social comparison?

Istilah ini sendiri pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1954 yang mendeskripsikan bahwa setiap individu mempunyai dorongan bawaan untuk mengevaluasi dirinya sendiri berdasarkan perbandingan mereka dengan orang lain (Festinger, 1954).


Downward comparison and upward comparison

Ternyata ada 2 macam tipe social comparison: Downward comparison dan upward comparison. Downward comparison adalah perilaku seorang individu yang membandingkan dirinya dengan orang lain yang dianggap lebih buruk darinya. Sebaliknya, upward comparison adalah perilaku seorang individu membandingkan diri dengan orang yang dianggap lebih baik darinya. Perbandingan ini bisa dalam artian membandingkan kemampuan, sifat, pencapaian, dan bahkan penampilan.


Dampak dari social comparison?

Untuk dampaknya sendiri, Downward comparison dianggap bisa dijadikan sebagai self-esteem boost. Tapi sampai kapan kita akan meningkatkan harga diri kita dengan cara ‘merendahkan’ orang lain? Selain itu, kita bisa menjadi sombong jika hanya mengevaluasi diri kita sendiri berdasarkan dominasi kemampuan kita akan orang lain. Nah, kalau untuk upward comparison, kalian harus tau bedanya memotivasi diri dan memicu rasa inferior terhadap orang lain. Kita boleh memiliki motivasi, namun ingat bahwa semua orang memiliki progress yang berbeda-beda. Kita tidak tahu apa yang mereka jalani untuk mencapai sebuah hal, dan walaupun kita tahu proses mereka pun, belum tentu jika kita mengikutinya, kita akan merasa bahagia.


Cara mencegah social comparison yang berlebihan?

Social comparison itu bagaikan pedang bermata dua, mungkin dampaknya ada, tapi apakah sebanding dengan rasa tak pernah puas karena tolak ukur pencapaian kita adalah orang lain. Jadi, lebih baik kita tetap berpaku pada goals dan values yang kita miliki dalam dan ingin capai. Nah, jika kalian punya kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain, usahakan untuk mengakui dan menerima emosi yang kalian rasakan terlebih dahulu, kemudian mengontrolnya agar tidak mengambil alih diri kalian, dan yang terakhir fokus pada diri kalian sendiri. Semangat, dan ingat bahwa kalian itu mampu melakukannya!

Salam Hangat,

Tim Biro Pers PPI TIU.


 

Sumber:

112 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page