top of page
  • Writer's picturePPI TIU

The Paradox of Hustle Culture

Kerja, kerja, dan kerja. Banyak anak muda sekarang memiliki pemikiran bahwa

kesuksesan hanya akan diraih ketika kita bekerja melampaui batas. Di tengah lingkungan yang kompetitif dan sangat menjunjung produktivitas, apakah gaya hidup ‘hustle culture’ ini membangun? Atau malah menjatuhkan? Cari tahu jawabannya di artikel ini!


 

“Wah, hebat ya dia… masih kuliah sudah jadi CEO muda, aktif di banyak organisasi, dan menang banyak lomba bisnis!”


Apakah kalian pernah melihat orang lain, terutama seseorang sebaya dengan kalian yang super sibuk karena rutinitasnya yang sangat padat? Mulai dari belajar, pekerjaan sampingan, berorganisasi, semuanya mereka lakukan. Apakah mereka tidak lelah dalam menyeimbangkan segala macam kegiatan?


Tapi jika dilihat dari sosial media mereka, tampaknya mereka menikmati pekerjaan mereka. Kok bisa, ya? Bahkan, sering halnya mereka menjadikan kesibukan mereka sebagai konten untuk memotivasi kita supaya turut bekerja keras untuk menjadi sukses.


Pernah terlintas di pikiran kalian, bahwa apa yang kita atau mereka lakukan termasuk hustle culture? Yaitu kebiasaan untuk terus-terusan bekerja dan menyibukkan diri; bahkan, sampai menormalkan hilangnya waktu tidur dan makan. Orang-orang yang terjerumus dalam kondisi ini cenderung memiliki pemikiran bahwa kerja keras adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan.


Yuk, rehat sejenak. Ayo kita pikir-pikir dulu, sebenarnya apa sih yang kita kejar? Memang keinginan untuk menjadi produktif dan melawan kemalasan adalah hal yang sangat positif. Namun, terjebak dalam hustle culture akan menghasilkan beberapa dampak buruk, lho!


Pertama-tama, gaya hidup hiruk pikuk ini akan memaksa kita untuk melakukan multitasking. Kita bisa kesulitan untuk membagi fokus kita untuk beberapa hal, yang justru bisa membuat kita hilang kesadaran mengenai prioritas kita. Sebagai contoh, seorang pelajar terlalu sibuk dengan pekerjaan sampingan hingga ia mengabaikan kualitas akademis-nya yang menurun drastis akibat konsentrasinya yang terbagi-bagi. Lebih baik untuk mengerjakan sesuatu sebaik mungkin dalam satu bidang terlebih dahulu, daripada bekerja sana sini dan gagal dalam multitasking.


Kedua, bekerja terlalu keras bisa membahayakan kesehatan kita; mentally or physically, kalian bisa mengalami kelelahan akibat terus menerus memaksa tubuh dan pikiran bekerja melampaui batas. Bahkan di Jepang ada sebuah istilah, Karōshi (過労死), yaitu seseorang bisa meninggal akibat overworking. Mungkin bagi kalian hal ini agak terlalu ekstrim, tapi nyatanya stress berlebih karena pekerjaan bisa membuat kita mengalami burnout—emosi, fisik, dan mental kita terlalu lelah sehingga kita tidak bisa ‘berfungsi’ dengan baik.


Perlu diingat bahwa hustling tidak sepenuhnya berkonotasi negatif. Jika kalian menyukai pekerjaan kalian dan ingin menyediakan waktu lebih untuk pekerjaan tersebut, good for you! Asal jangan lupa, bahwa bekerja keras bukan berarti bekerja secara efisien. Selama kalian siap untuk menjadi teratur dalam membagi waktu untuk setiap tugas sesuai porsinya, tidak ada salahnya untuk mencoba mencapai sesuatu yang bisa membuat kalian bangga.


Sebagai penutup, ini adalah beberapa ‘obat’ untuk hustle culture yang dianalogikan seperti kinerja laptop kita:

  1. Layaknya laptop yang overheating jika dipakai terlalu lama, kita juga bisa mengalami hal yang sama jika terlalu intens dalam beraktivitas. Istirahatlah ketika kalian membutuhkannya.


  1. Setiap laptop memiliki spesifikasi yang berbeda. Kita pun adalah individu yang memiliki kapasitas yang berbeda dengan orang lain. Ada yang tahan dengan kesibukan, ada yang lebih suka bekerja perlahan tapi pasti. Tidak perlu untuk membandingkan diri dengan orang lain.


  1. Jika kita menggunakan browser dengan terlalu banyak tab yang terbuka, akan sangat sulit untuk menangani jumlah informasi yang sangat banyak. Kita juga sebaiknya menyelesaikan pekerjaan satu per satu, pasti hasilnya akan lebih teratur dan berkualitas.


Oh ya, baca juga yuk artikel mengenai Time Management di sini. Selain itu, ada artikel mengenai Social Comparison juga lho di sini. Have fun reading!

Salam Hangat,

Tim Biro Pers PPI TIU.

 


15 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page